Jumat, 12 Juni 2015

Cinta Pertamaku di SMA


Cinta Pertamaku di SMA

Kenalin, namaku Adiba Shakila Atmarini dan akrab dipanggil Shakila. Aku anak kedua dari dua bersaudara. Kakak aku bernama Achmad Sakha Arkan Wiratama yang akrab dipanggil Sakha. Kakakku itu orangnya perhatian, baik, pintar, rajin, dan idola anak cewek di sekolah. Hari ini hari pertamaku masuk sekolah. Aku berangkat agak pagi, karena masuknya jam 6. Maklumlah, aku harus berangkat pagi karena aku anak baru di sekolah itu. Setelah upacara pembukaan MOS, kini mulailah kakak-kakak senior ngerjain juniornya. Entah salah apakah aku, salah satu kakak kelas memanggilku.

“woi, ke sini kamu”, panggilnya kakak itu.
“aku yang kakak maksud?”, tanyaku ketakutan.
“ya iyalah, siapa lagi kalau nggak kamu”
“kenapa ka?”, tanya salah satu kakak senior yang ganteng banget.
“nggak ada apa-apa kok yan”
“ya sudah jangan di bentak gitu dong, santai aja kali..”
“nggak jadi, kembali lagi kamu ke barisan”

Setelah itu aku kembali kebarisanku. Baru satu hari saja sudah begini, apalagi nanti kalau sudah jadi adik kelasnya. Selesai kegiatan ospek, aku langsung pulang. Karena tak ada yang jemput, maka aku menunggu angkot untuk pulang. Saat aku menunggu angkot, tiba-tiba ada seseorang yang mengendarai motor V-ixion yang berhenti di depanku. Tak kusangka, dia adalah kakak senior yang menolongku tadi.

“belum pulang dek?”, tanyanya.
“belum kak, baru nunggu angkot”, jawabku.
“ya sudah, bareng kakak saja”
“nggak ah, terima kasih”
“oh ya, namamu siapa? Kenalin, nama kakak Adrian Pradipta Amzari. Panggil saja kakak Adrian”, sambil mengulurkan tangan kanannya.
“aku Adiba Shakila Atmarini, biasa di panggil Shakila”
“gimana? Jadi bareng nggak?”, tanyanya lagi.
“nggak kak, terima kasih. Itu sudah ada angkot, aku duluan ya kak”, menuju ke angkot.
“iya, hati-hati ya”

Kemudian aku naik kedalam angkot itu. Sampai rumah, kakakku belum pulang. Padahal aku ingin tanya soal kakak kelas cewek tadi yang memanggil aku. Tapi tak lama kemudian kakakku itu pulang.

“sudah pulang kamu”, tanya kak Sakha.
“iya kak, baru saja. Oh ya kak, ada yang mau aku tanyain nih ke kakak”
“apa?”
“kakak tahu nggak, kakak cewek tadi yang memanggil aku?”
“oo... itu, tahu. Emang kenapa?”, tanyanya.
“akukan nggak salah apa-apa, masa’ dipanggil sama dia. Aneh banget kan”
“emang gitu orangnya. Terus kamu diapain?”
“nggak diapa-apain sih, tapi tadi ditolong sama pangeran ganteng. Cewek itu siapa sih kak namanya?”
“dia Alika Naila Putri, tapi biasa dipanggil Alika. Emang pangeran ganteng itu siapa?”
“dia kak Adrian Pradipta Amzari. Kak Adrian orangnya gimana kak? Orangnya menjabat jadi apa di OSIS? Baik nggak orangnya?”, tanyaku membrondong.
“o.. Adrian, dia baik kok dan di OSIS dia menjabat sebagai wakil”
“wakil ketua OSIS maksudnya?”
“ya. Gimana menurutmu ospeknya tadi?”
“menyebalkan”

***
Hari ini hari keduaku MOS, aku harus lebih hati-hati dengan kakak senior. Apalagi sama kak Alika yang super judesnya itu. Entah ada apa nanti, sejak berangkat sekolah aku ngerasa nggak enak. Kegiatan hari ini nggak begitu berat, karena hanya pemberian materi saja.

“dek, kenapa kamu masih di luar?”, tanya kak Adrian.
“nyari atributku yang hilang kak”
“bukannya ini waktunya masuk untuk pemberian materi?”, tanyanya lagi.
“iya sih kak, tapi gimana? Atributku kurang?”, kataku agak sedikit sedih.
“hey, ada apa ini? Kamu kok masih di luar?”, tanya kak Alika si cewek judes.
“i..ini kak, atributku ada yang hilang”, jawabku ketakutan.
“kalau ada yang hilang, ya bilang saja kalau hilang”
“iya Shakila, bilang gitu saja kalau ada pemeriksaan”
“makasih ya kak”, kataku dengan meninggalkan mereka berdua. “tumben banget dia baik, apa mungkin karena ada kak Adrian?”
“kamu kenal yan sama dia?”, tanya Alika.
“baru saja kemarin. Ya sudah, aku tinggal dulu ya ka”, dengan meninggalkan Alika.

Setelah pemberian materi, semua murid baru dikumpulkan dilapangan sepak bola yang panasnya minta ampun. Aku jadi semakin takut, gimana nanti kalau ada kakak senior yang memeriksa. Dan akhirnya benar terjadi, murid baru yang nggak lengkap atributnya disuruh maju kedepan.

“adik-adik, dimohon atributnya yang nggak lengkap diharapkan maju kedepan. Disini nggak boleh ada kebohongan, disini hanya ada kejujuran”, kata salah satu kakak senior.
“gimana nih Fa? Atributku kurang, masa’ aku harus maju”, kataku pada temanku.
“maju saja, bilang kalau atributmu hilang tadi jatuh. Kan harus jujur nggak boleh ada kebohongan”, jawabnya Safa.
“iya sih, tadi kak Adrian sama kak Alika juga bilang gitu ke aku”
“ya sudah, maju gih sana. Daripada terkena hukuman di akhir nanti”
Kemudian  aku beranikan diri untuk maju kedepan. Emang berani nggak berani juga harus kedepan. Mau giimana lagi, nggak ada pilihan lain selain maju kedepan.

“dek, kenapa kamu maju? Emangnya atributmu ada yang kurang?”, tanya kak Sakha berbisik kepadaku.
“gelang permenku hilang kak”
“kok bisa hilang?”
“tadi jatuh, tapi saat ku cari lagi sudah nggak ada”
“adik-adik, enaknya teman-teman kalian ini diapain?”
“suruh joget saja kak”, celetuk salah seorang murid baru.

Setelah semua kegiatan selesai, kini waktunya pulang. Waktu aku pulang menunggu jemputan, tiba-tiba hujan turun. Dan tanpa kusadari, di sampingku telah ada kak Adrian yang juga menunggu jemputan. Saat aku sedang asyik-asyiknya ngobrol dengan kak Adrian, aku sudah di jemput.

“lho... ternyata ada kakak toh”, celetukku.
“iya Shakila, kakak sudah dari tadi disini.kamu nunggu angkot?”, tanyanya.
“nggak kak, kebetulan aku dijemput hari ini. Kakak nggak pakai motor?”, tanyaku kembali.
“nggak, kebetulan motor kakak baru dipakai”
“sepertinya kakak kedinginan, nih pakai jaket aku aja. Oh ya kak, aku sudah dijemput tuh. Duluan ya..”
“iya hati-hati”, katanya. “siapa ya yang jemput Shakila? Baru saja aku mau menyatakan perasaanku padanya, eh malah dia di jemput sama pacarnya. Tapi kayanya aku kenal sama cowok itu, bukannya dia itu Shaka?”
***
Hari ini hari terakhir MOS, aku harus lebih bersemangat lagi. Tak terasa, hari ini aku akan di resmikan menjadi anak SMA Bina Bangsa. Kegiatan hari ini hanya senang-senang saja setelah dua hari kemarin banyak kegiatan.

“hey Shakila, selamat ya. Sebentar lagi resmi menjadi anak SMA Bina Bangsa”, kata kak Adrian memberi ucapan selamat kepadaku.
“terima kasih ya kak”
“Shakila”, panggil kak Shaka.
“hey kak”, dengan melambaikan tangan.
“kemarin yang jemput kamu itu Shaka? Dia itu pacarmu?”, tanya kak Adrian.
“nggak”
“terus kenapa dia panggil kamu?”
“eh sama Adrian.. hey bro. Kil, bilang ke mama ya. Nanti kakak pulangnya telat, soalnya ada kumpul sama anak basket sebelum tanding besok”, kata kak Shaka.
“iya kak”
“kakak, mama? Apa maksudnya?”, tanya kak Adrian kebingungan.
“oh ya, aku belum kenalin ke kamu. Kenalin yan, ini Shakila adik aku”
“kenapa kamu nggak bilang dari kemarin-kemarin Shak?”
“dianya nggak mau yan, dia sering cerita tentang kamu lho yan”
“ih... kakak apa-apaan sih”
“ya sudah, aku titip adikku ya yan, jaga dia baik-baik dan jangan sampai kau buat dia menangis”
“tapi gue boleh jadi adik ipar lho kan?”, tanya kak Adrian pada kak Shaka.
“boleh-boleh saja. Duluan ya bro”
“Adiba Shakila Atmarini, kamu mau nggak jadi pacar aku?”
“em... gimana ya kak?”
“kok malah tanya balik. Ya sudah, kakak ulangi lagi. Kamu mau nggak jadi pacar kakak?”, tanyanya lagi.
“aku.. mau... jadi... pacar kakak”, jawabku.

Setelah itu aku dan kak Adrian resmi pacaran. Kami selalu berdua kemana-mana, sampai-sampai teman-temanku pada iri kepadaku. Kadang ada yang bilang, aku pacaran sama kak Adrian karena aku adiknya ketua OSIS. Ada juga yang bilang, aku Cuma cari sensasi saja. Tapi kak Adriian selalu menghiburku kalau ada kata-kata yang tak mengenakkan aku. Aku senang, karena kak Adrian adalah cinta pertamaku. Sebelumnya aku belum pernah pacaran, apalagi dekat dengan cowok. Kak Adrian bagaikan pangeran yang Tuhan kirimkan untukku.


---THE END---

By : Eka Feriana
Kudus. 11 juni 1998

Tidak ada komentar:

Posting Komentar